Osteoporosis adalah suatu penyakit tulang yang ditandai dengan adanya penurunan masa tulang dan perubahan struktur pada jaringan tulang yang menyebabkan kerentanan tulang meningkat disertai kecenderungan terjadinya fraktur, terutama pada proksimal femur, tulang belakang dan tulang radius. Kata osteoporosis berasal dari bahasa Yunani yang artinya ‘tulang’ dan ‘lubang’, menunjukkan pada kita bahwa tulang yang terkena menjadi berlubang-lubang pada strukturnya. Meskipun ukuran tulang ini tetap sama dan dari luar tampak normal, kecuali pada vertebra yang hancur, sebenarnya bahan tulang sudah berkurang di dalam komposisinya. Ini membuat tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Mengungkapkan gejala terjadinya osteoporosis agak sulit untuk dilakukan sebab penyakit osteoporosis terjadi secara diam-diam. Berkurangnya massa tulang dan tulang menjadi rapuh baru disadari setelah timbul dampak seperti :
a. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.
b. Nyeri timbul mendadak.
c. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.
d. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.
e. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan aktivitas.
f. Deformitas vertebra thorakalis
g. Penurunan tinggi badan
Diagnosis osteoporosis umumnya secara klinis sulit dinilai, karena tidak ada rasa nyeri pada tulang saat osteoporosis terjadi walau osteoporosis lanjut. Khususnya pada wanita-wanita menopause dan pasca menopause, rasa nyeri di daerah tulang dan sendi dihubungkan dengan adanya nyeri akibat defisiensi estrogen. Masalah rasa nyeri jaringan lunak (wallaca tahun 1981) yang menyatakan rasa nyeri timbul setelah bekerja, memakai baju, pekerjaan rumah tangga, taman dll. Jadi secara anamnesa mendiagnosis osteoporosis hanya dari tanda sekunder yang menunjang terjadinya osteoporosis seperti. Tinggi badan yang makin menurun, obat-obatan yang diminum, penyakit-penyakit yang diderita selama masa reproduksi, klimakterium, jumlah kehamilan dan menyusui, bagaimana keadaan haid selama masa reproduksi, apakah sering beraktivitas di luar rumah, sering mendapat paparan matahari cukup, apakah sering minum susu, asupan kalsium lainnya, apakah sering merokok, minum alcohol.
Pemeriksaan Fisik
Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap penderita osteoporosis. Demikian juga gaya berjalan penderita osteoporosis, deformitas tulang, nyeri spinal. Penderita dengan osteoporosis sering menunjukkan kifosis dorsal atau gibbus dan penurunan tinggi badan.
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah trabekular yang lebih lusen. Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran pictureframe vertebra.
Pemeriksaan Densitas Massa Tulang (Densitometri)
Densitas massa tulang berhubungan dengan kekuatan tulang dan resiko fraktur untuk menilai hasil pemeriksaan densitometri tulang, digunakan kriteria kelompok kerja WHO, yaitu:
- Normal bila densitas massa tulang di atas -1 SD rata-rata nilai densitas massa tulang orang dewasa muda (T-score)
- Osteopenia bisa densitas massa tulang diantara -1 SD dan -2,5 SD dari T-score
- Osteoporosis bila densitas massa tulang -2,5 SD T-score atau kurang
Osteoporosis berat yaitu osteoporosis yang disertai adanya fraktur.
Sumber: http://yankes.kemkes.go.ig
Recent Comments